PROCEDURAL FLUENCY
Apa itu prosedur ?
Bila kita mendengar kata ‘prosedur’, terbayang dalam benak kita suatu urutan atau langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan sehari-hari tentunya kita tidak lepas dari sebuah ‘prosedur’. Misalnya pada saat pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kantor Kependudukan, tentunya harus melalui berbagai prosedur yang sudah ditetapkan, seperti meminta Surat Keterangan Tempat Tinggal dari Ketua RT setempat, meminta Surat Rekomendasi dari Lurah, dan sebagainya. Langkah-langkah tersebut tidak lain merupakan prosedur yang memiliki tujuan spesifik, yaitu untuk mendapatkan KTP.
Contoh lain misalnya pada saat kita ingin memasak makanan cepat saji dalam kemasan, seperti mie instan, kornet, dan makanan kemasan lainnya. Tentunya di setiap kemasan makanan tersebut sudah dicantumkan petunjuk penyajiannya. Petunjuk tersebut tidak lain merupakan prosedur yang harus dilalui untuk mendapatkan sajian masakan yang terbaik. Namun terkadang ada beberapa langkah dalam penyajian makanan tersebut dilakukan dalam urutan yang terbalik atau bahkan melenceng sedikit dari petunjuk penyajian. Mungkin orang yang melakukan ini beranggapan bahwa urutan dalam penyajian tidaklah penting sepanjang tidak merubah total tujuan spesifiknya. Misalnya, pada saat membuat mie instan, menuangkan bumbu mie pada air mendidih dianggap sama saja dengan menuangkannya di piring. Tentunya hasil akhirnya tetap sama yaitu mie instan juga.
Subprosedur sebagai bagian dari prosedur.
Dalam suatu prosedur, terkadang ada beberapa langkah yang masing-masing memiliki prosedur tersendiri. Dengan kata lain ‘prosedur di dalam prosedur’ atau lebih dikenal dengan ‘subprosedur’. Misalnya, prosedur dalam pembuatan makanan ‘pizza’ terdiri dari beberapa subprosedur seperti pembuatan adonannya dan pembuatan sayuran beserta isinya. Setiap subprosedur memiliki urutan langkah dan fungsi masing-masing. Setelah subprosedurnya selesai dikerjakan semua, barulah prosedur utamanya dikerjakan.
Procedural Fluency (Mahir Prosedur)
Mahir prosedur sebenarnya mengacu pada pengetahuan tentang urutan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung pemahaman konsep. Seorang siswa dituntut untuk mahir dalam perhitungan dasar, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian tanpa harus mengacu pada tabel, kalkulator, atau alat hitung lainnya. Dalam prosedur perhitungan dasar, terdapat juga subprosedur di dalamnya. Misalnya pada perkalian : 83 x 175
83 415 5810 8300 14525 | X + | = 83 x 5 = 83 x 70 = 83 x 100 = 83 x (5+70+100) | Subprosedur Subprosedur Subprosedur | perkalian dua bilangan positif pada dasarnya merupakan konsep sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan. |
Hubungan antara Conceptual Understanding dan Procedural Fluency
Pemahaman konseptual dan mahir prosedur keduanya saling berhubungan. Pada saat seorang siswa mengerjakan soal matematika, sebenarnya dia sedang memadukan pemahaman konsep dan kemahiran proseduralnya. Siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik dan kemahiran dalam prosedur akan menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
a. Pemahaman Tanpa Prosedur
Tanpa kemahiran prosedur yang cukup, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami ide-ide matematika atau memecahkan masalah matematika. Kalau tidak memahami prosedur dengan benar maka akan mempengaruhi pemahaman konsep. Ketika siswa tidak mengerti prosedur, mereka cenderung melakukan prosedur yang salah. Misalnya pada masalah pengurangan yang membutuhkan pinjaman, seperti :
724 – 589.
724 265 | Banyak siswa mengurangkan angka yang lebih kecil dari angka yang lebih besar di setiap kolomnya. Jika siswa belajar untuk mengurangkan dengan pemahaman, mereka jarang membuat kesalahan ini. |
Pembelajaran yang dimulai dengan pemahaman dapat membuat belajar lebih efisien. Sebab jika siswa telah menggunakan prosedur yang salah dalam waktu yang lama, maka pembelajaran yang menekankan pemahaman mungkin kurang efektif. Butuh waktu untuk membelajarkan kembali prosedur yang benar, karena siswa tidak selalu dapat melupakan prosedur lama yang salah.
b. Prosedur Tanpa Pemahaman
Ketika siswa belajar prosedur tanpa pemahaman, mereka cenderung mengalami kesulitan. Belajar topik yang baru akan menjadi sangat sulit karena tidak ada keterkaitan konsep dan ketrampilan yang dipelajari sebelumnya untuk dihubungkan dengan topik baru. Sehingga siswa percaya bahwa masalah yang sedikit berbeda membutuhkan prosedur yang berbeda pula.
Konsekuensi lain ketika siswa belajar tanpa pemahaman adalah bahwa mereka memisahkan apa yang terjadi di sekolah dengan kehidupan sehari-hari mereka di luar sekolah. Pemisahan ini membatasi kemampuan mereka untuk menerapkan apa yang terjadi di sekolah untuk memecahkan masalah yang nyata.
Selain itu, siswa yang mempelajari prosedur tanpa pemahaman biasanya hanya dapat melakukan tidak lebih dari sekedar menerapkan prosedur belajar. Sedangkan siswa yang belajar dengan pemahaman dapat memodifikasi atau menyesuaikan prosedur untuk membuatnya lebih mudah digunakan. Misalnya, siswa dengan pemahaman terbatas penjumlahan biasa akan membutuhkan kertas dan pensil untuk menjumlahkan 38 dan 50. Siswa dengan pemahaman yang lebih akan mengakui bahwa 38 hanya dua kurangnya dari 40, sehingga mereka bisa menjumlahkan 40 dan 50 dan kemudian mengurangi 2 dari jumlah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar